Posts Tagged With: parang rusak

Filosofi Batik


Batik bukan sekadar lukisan yang ditorehkan pada kain dengan mengunakan canting. Motif yang ditorehkan pada selembar kain batik selalu mempunyai makna tersembunyi. Jenis batik tradisional tergolong banyak. Corak dan variasinya disesuaikan dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang beragam. Berikut kami sajikan filosofi batik berdasar motifnya, yang kami rangkum dari berbagai sumber online. Deskripsi kami sajikan sesuai urutan abjad nama motif.

 

Ciptoning

ciptoning

Motif ciptoning ini biasanya dipakai oleh orang yang dituakan maupun pemimpin. Dengan memakai motif ini, pemakainya diharapkan menjadi orang bijak dan mampu memberi petunjuk jalan yang benar pada orang lain yang dipimpinnya. Makna filosofis di balik motif ini sebenarnya bukan hanya untuk pemimpin, tetapi juga untuk setiap orang agar mampu memimpin (menempatkan) dirinya sendiri di tengah masyarakatnya.

 

 Cuwiri

cuwiri

Batik motif cuwiri biasa digunakan pada saat acara mitoni, sebuah tradisi memperingati tujuh bulan usia bayi. Cuwiri artinya kecil-kecil. Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati oleh masyarakat. Sejak kecil, manusia di Jawa sudah memiliki banyak aturan sesuai dengan falsafah hidupnya dengan tujuan mendapatkan kemakmuran dan kebaikan.

 

Gurda

garda

Gurda berasal dari kata garuda. Seperti diketahui, garuda merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif gurda ini terdiri dari dua buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat badan dan ekor. Oleh masyarakat Jawa, garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol kejantanan.

Kawung

kawung

Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil, walaupun kadang harus memakan waktu yang lama. Kerja keras untuk menghasilkan rejeki berlipat akan lebih bermakna jika dibarengi dengan sikap hemat, teliti, cermat, dan tidak boros.

 

Nitik Karawitan

nitik karawitan

Kebijaksanaan menjadi inti dari filosofi batik bermotif nitik karawitan. Dengan demikian, para pemakainya diharapkan akan menjadi orang yang bijaksana. Itulah mengapa orang-orang yang dituakan di lingkungannya banyak menggunakan batik motif ini.

 

Parang Kusuma

parangkusumo2

Motif batik Parang Kusuma, bermakna hidup harus dilandasi dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman bunga (kusuma). Contohnya, bagi orang Jawa, yang paling utama dari hidup di masyarakat adalah keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin. Mereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat kepada perintah Tuhan. Batik ini berasal dari daerah Surakarta dan biasanya dikenakan oleh calon temanten puteri saat tukar cincin.

 

Parang Rusak Barong

parangrusak

Motif batik parang rusak barong ini berasal dari kata batu karang dan barong (singa). Parang barong merupakan parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya, motif ini hanya boleh digunakan untuk raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi. Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.

Kata barong berarti sesuatu yang besar dan ini tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif parang rusak barong ini merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri.

 

Sawat

sawat

Sawat berarti melempar. Pada zaman dulu, orang Jawa percaya dengan para dewa sebagai kekuatan yang mengendalikan alam semesta. Salah satu dewa tersebut adalah Batara Indra. Dewa ini mempunyai senjata yang disebut wajra atau bajra, yang berarti pula thathit (kilat). Senjata pusaka tersebut digunakan dengan cara melemparkannya (Jawa: nyawatake).

Bentuk senjata Batara Indra tersebut menyerupai seekor ular yang bertaring tajam serta bersayap (Jawa: mawa lar). Bila dilemparkan ke udara, senjata ini akan menyambar-nyambar dan mengeluarkan suara yang sangat keras dan menakutkan.

Walaupun menakutkan, wajra juga mendatangkan kegembiraan sebab dianggap sebagai pembawa hujan. Senjata pusaka Batara Indra ini diwujudkan ke dalam motif batik berupa sebelah sayap dengan harapan agar si pemakai selalu mendapatkan perlindungan dalam kehidupannya.

 

Sidoasih

sidoasih

Motif batik ini berasal dari kraton Surakarta dan biasanya dikenakan temanten puteri pada saat malam temanten.  Makna : Sido berarti jadi, asih berarti sayang, ragam hias ini mempunyai makna agar hidup berumah tangga selalu penuh kasih sayang. Makna dari motif  Sida Asih (dibaca Sido Asih) adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.

The meaning of the Sida Asih (pronounced “Sido Asih”) motif is the hope that humans will develop feelings of mutual love and compassion.

 

Sido Luhur

sidoluhur

Motif batik ini berasal dari kraton Surakarta, biasanya juga dikenakan temanten puteri saat malam penganten.  Mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran.
Motif Sida Luhur (dibaca Sido Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat.

The motif Sida Luhur (pronounced “Sido Luhur”) expresses the hope to achieve a high position in society and to become a community leader.

Sido Mukti

sidomukti2

Motif ini berasal dari daerah Surakarta, dan biasanya dikenakan temanten putra putrid saat resepsi. Motif Batik Sido Mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat. Setiap orang pasti mencari kemakmuran dan ketenteraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan tercapai tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan.

Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat.

The word “sida” (pronounced “sido”) means “to become/to have done, thus, this motifs embody inspirations that wishes will be fulfilled. One of this motifs is Sida Mukti, which expresses the hope to achieve physical and spiritual happiness.

Sido Mulyo

sidomulyo

Berasal dari daerah  Banyumas. Dikenakan temanten putera dan puteri. Motif ini memiliki makna bahagia, rejeki melimpah, hidup dalam kemuliaan

 Tambal

tambal

Ada kepercayaan bahwa bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka ia akan cepat sembuh. Tambal artinya menambah semangat hari. Dengan semangat baru itu diharapkan harapan baru akan muncul sehingga kesembuhan mudah didapat. Selain itu, dengan kehadiran para penjenguk, diharapkan si sakit tidak merasa ditinggalkan dan memiliki banyak saudara sehingga keinginan untuk sembuh semakin besar.

Tambal bermakna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal. Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”.

Tambal means “to patch” or to restore whatever has been destroyed. In the journey of life, human must improve themselves, both physically and spiritually. Formerly, it is said that had the tambal motif could heal a sick person who was wrapped in it. This belief arose because sick people were considered to be “lacking something”, so they needed to be “patched up” in order to be healed.

Truntum

truntum1

Motif batik truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III), bermakna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama terasa semakin subur berkembang (tumaruntum). Kain motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumoruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk menuntun kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.

The Truntum motif was created by Kanjeng Ratu Kencana, the wife of Sunan Pakubuwana III, and refers to revitalized one. She created this motif as a symbol of unconditional, everlasting love that continues to grow (tumaruntum). Because of its meaning, the cloth with the truntum motif is usually worn by the parents of the bride and groom on the wedding day. It is hoped  that the love symbolized in this motif will be passed on the bridal couple. It is some times felt that the parents are required to “guide” the bridal couple as they enter a new life together.

 Udan Liris

udan liris

Motif ini mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga, apalagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama. Suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru menambahi masalah.

Wahyu Tumurun

wahyu tumurun

Motif ini berasal dari Pura Mangkunegaran. Dikenakan oleh penganten pada saat panggih (temu temanten). Makna : Wahyu berarti anugerah, temurun berarti turun, dengan menggunakan kain ini kedua pengantin mendapatkan anugerah dari yang Maha Kuasa berupa kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat petunjukNya.

Itulah beberapa motif batik dan filosofinya. Tidak hanya sebagai sandang saja, tetapi dibalik keunikannya batik memiliki makna yang dalam yang melambangkan berbagai peristiwa. Sebagai salah satu pakaian tradisional Indonesia yang ditetapkan Unesco menjadi salah satu ‘The World Heritage’, tidak ada salahnya bagi kita untuk melestarikan batik karena saat ini batik telah hadir dengan berbagai macam model yang modern. Untuk itu sebagai orang Indonesia, hendaknya kita turut bangga dan melestarikan batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia

——————————————————————-

Getting paid for your opinions at MyOpinions.com.au

Categories: Humanities, Unik dan Menarik | Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , | 3 Comments

Blog at WordPress.com.